Tuesday, June 5, 2018




Bad Luck? Tough Luck?

Untuk kedua kalinya, penulis menulis tulisan yang (bukan) sebaiknya dibaca oleh para pembaca. Namun penulis tak kuasa untuk menumpahkam keluh kesah beban hidup (lebay banget) yang dialami hingga saat tulisan ini dibuat.

Semenjak 2015...
Menyambung tulisan terdahulu, hingga tulisan ini dibuat... penulis masih tak mampu untuk  beranjak dari keterpurukan (gagal move-on), yang bahkan semakin memburuk.

Upaya demi upaya dicoba untuk berbenah, memperbaiki keadaan, baik diri sendiri maupun lingkungan disekitar, namun belum menemukan bentuk yang diinginkan. Suasana hati yang kerap terbelenggu masa lalu yang kelam, rasa trauma yang mendalam, sepertinya masih banyak mempengaruhi keputusan-keputusan yang jauh dari kata lebih baik, bahkan semakin terjerumus dalam bayangan kelam terbelenggu.

Tahun 2016...
Dimana penulis mengalami tahun duka yang (mungkin) tak akan pernah bisa terobati sepanjang hidup.

Tahun 2017...
Masih dibayang-bayang kelam pasca tragedi tahun sebelumnya, mencoba untuk beranjak berdiri, namun karena satu dan lain hal, juga kondisi, situasi politik dan ekonomi nasional dan global yang belum kunjung kondusif, penulis masih berjuang untuk bertahan walau dalam kondisi stagnan, cenderung menurun (hands down).

Tahun 2018...
Tahun yang penuh kekhawatiran yang mana badai prahara kembali datang membawa kembali ke gerbang kehancuran.
Kembali penulis diingatkan (pernah ditulis pada tulisan sebelumnya) bahwa kebaikan dan kebodohan itu berbeda tipis.
Berawal dari niat baik, namun sial yang didapat. Sungguh roda kehidupan berputar tanpa bisa diketahui diameternya, namun dengan kejadian tanggal 22 Februari 2018 lalu adalah bagian dari rentengan titik terendah jalan hidup yang dialami penulis.

Always think positive...

Sangat sulit awalnya untuk menerima kenyataan bahwa penulis harus menghabiskan hampir setahun lamanya hidup terbelenggu baik jiwa, raga dan pikiran. Namun penulis tetap meyakini selalu ada hikmah dibalik semua kejadian, baik atau buruk.

Tahun 2018 adalah tahun yang penuh air mata. Bagai seorang balita yang tak tak berdaya, hari demi hari dilewati dengan perasaan hampa, namun tak dirasa, penulis semakin mendekatkan diri dengan Sang Pencipta Semesta Alam. Tahun yang penuh (padat) akan do'a dan harapan-harapan, naik turunnya keyakinan dan kekhawatiran. Tahun yang penuh kesedihan, keputusasaan, melihat realita hidup akibat dari keserakahan, ketidakadilan, ketamakan, kekhufuran atas nikmat yang telah Allah berikan .. Subhanallah..

Tahun 2018 adalah tahun yang mana kekuatan pikiran (atas kekhawatiran) menjadi kenyataan. Ketakutan atas hal-hal yang sempat diutarakan benar-benar terjadi. Entah karma yang harus ditanggung dari dosa-dosa yang pernah dibuat terdahulu, entah hukuman dari do'a yang di ijabah dari orang-orang yang membenci, atau memang nasib. Yang jelas, ini sudah suratan takdir.

Tears (not) in heaven...

Entah berapa banyak air mata yang menetes dari orang-orang disekitar penulis. Semenjak jatuh cacat, kali inilah penulis merasakan banyakmya air mata yang mengalir jatuh, baik air mata penulis dan keluarga karena tragedi 22 Februari yang menimpa penulis. Bahkan ketika tulisan ini dibuat, tepat pada peringatan hari lahir penulis, tulisan ini dibuat dengan berlinang air mata.

Always stay positive...

Pada akhirnya, penulis ingatkan kembali bahwa pasti ada hikmah dari semua kejadian, yang pastinya semua terjadi atas kehendak Yang Maha Kuasa.
Penulis menjadi semakin banyak mendalami agama, membaca kitab suci, tidak pernah meninggalkan ibadah wajib dan sunnah.
Semakin banyak didapati pelajaran dari pengalaman hidup orang lain. Semakin banyak khasanah pengalaman dari sisi dunia yang lain. Semakin di ingatkan agar kita lebih belajar bersyukur atas nikmat, rahmat dan karunia Allah SWT.
Sekiranya ada yang membaca tulisan ini (selain penulis) diingatkan bahwa jangan meyakini kekhawatiran atas berbagai hal karena (segala sesuatu nya) bisa menjadi kenyataan. Seperi yang di alami oleh penulis.

Tetap bertakwa dan kuatkan iman, berkeyakinan bahwa nantinya segala sesuatunya akan indah (lebih baik) pada waktunya.